Minum minuman keras. |
Berbicara
mengenai peraturan kemoralan (sīla),
sebagai umat Buddha tentu kita langsung teringat pada lima unsur kemoralan
mendasar (pañcasīla). Kita sebagai
umat Buddha dianjurkan untuk menjaga lima moralitas tersebut agar tidak
melanggarnya. Kelima unsur moralitas itu secara singkat adalah menghindari
pembunuhan, pengambilan barang yang tidak diberikan, perbuatan asusila, berkata
bohong, dan minum minuman keras yang menyebabkan lemahnya kesadaran.
Dalam tulisan
saya kali ini, saya akan cenderung memfokuskan tulisan ini pada pembahasan
unsur yang kelima dari pañcasīla
Buddhis. Bunyi dari unsur kelima ini adalah, “Surāmerayamajjapamādaṭṭhānā veramaṇi sikkhāpadaṁ samādiyāmi.” Yang
berarti, “Aku bertekad melatih diri menghindari minum minuman keras yang dapat
menyebabkan lemahnya kesadaran.”
Rashid (2009: 39)
menyatakan ada empat faktor yang menyebabkan terlanggarnya peraturan kemoralan
yang kelima ini. Faktor yang pertama adalah ada sesuatu zat berupa minuman, zat
padat, atau apapun yang memiliki potensi untuk melemahkan kesadaran. Faktor
kedua adalah seseorang memiliki niat untuk meminum atau menggunakannya. Faktor
yang ketiga adalah ada usaha dari orang tersebut untuk meminum atau
menggunakannya. Faktor yang terakhir adalah timbul gejala mabuk setelah meminum
atau menggunakannya. Ketika empat faktor tersebut terpenuhi, maka dikatakan
seseorang telah melanggar peraturan kemoralan kelima.
Namun saya pernah
ditanya oleh salah seorang mahasiswa berkenaan dengan sīla kelima ini. Pertanyaan yang dilontarkan tersebut adalah, “Bagaimana
jika seseorang meminum minuman keras, namun setelah minum tidak timbul gejala
mabuk? Apakah melanggar sīla
tersebut?” Saya cukup tercengang ketika mahasiswa tersebut bertanya demikian.
Setelah saya
menganalisis pertanyaan tersebut selama beberapa saat, saya menemukan akar pertanyaan
tersebut. Pertanyaan itu muncul berasal dari pernyataan faktor keempat yang
telah disebutkan, yaitu “munculnya gejala-gejala mabuk.” Dalam hal ini, saya
memutuskan untuk menunda menjawab pertanyaan tersebut dan mulai membaca
berbagai membaca referensi lainnya.
Ternyata,
terdapat beberapa perbedaan mengenai faktor-faktor penentu pelanggaran sīla kelima tersebut. Ada banyak ahli
yang menyatakan bahwa pelanggaran terjadi dengan salah satu ciri bahwa peminum
minuman keras tersebut mengalami gejala mabuk. Namun, ada beberapa pendapat
ahli Dhamma Vinaya yang juga patut diperhatikan. Misalnya pernyataan bahwa
pelanggaran sīla kelima ini terjadi
ketika cairan minuman tersebut telah melewati tenggorokan. Dengan kata lain,
meskipun belum terjadi atau bahkan tidak terjadi gejala mabuk, ketika minuman
tersebut telah masuk ke dalam tubuh, saat itu pula pelanggaran terjadi. Nah,
dengan berbekal informasi itu, saya kemudian menjawab pertanyaan yang telah
diajukan oleh mahasiswa tersebut di pertemuan yang selanjutnya.
Dari kasus yang
saya alami ini, saya hendak berbagi dengan Saudara-saudara bahwa dalam
menyikapi pertanyaan-pertanyaan tertentu, kita perlu menganalisis dan tidak menjawabnya
dengan buru-buru. Sudah semestinya kita harus bisa menyikapi semua pertanyaan
dengan bijak. Karena jika sampai salah emnjawab, efek yang ditimbulkan bisa
saja berdampak buruk. Misalnya dalam kasus ini, jika seseorang tidak menganalisis
secara mendalam, mungkin akan timbul pikiran dalam dirinya, “tidak mengapa
minum minuman keras asalkan tidak sampai mabuk.” Hal ini tentu menjadi hal yang
membahayakan.
Secara pribadi,
saya lebih setuju dengan pernyataan bahwa salah satu faktor penyebab
terlanggarnya sīla kelima ini adalah
ketika minuman tersebut masuk ke dalam tubuh kita, meskipun hanya setetes dan
tidak memberikan efek mabuk. Dengan demikian kita sebagai umat Buddha akan
memiliki pengendalian diri yang lebih baik.
Baiklah Saudara
pembaca, demikian sedikit sharing yang
dapat saya sampaikan. Semoga bermanfaat. Silahkan berkomentar untuk memberikan
tanggapan, kritikan, maupun saran.
Referensi:
Rashid, Teja S.M. 2009. Sila dan Vinaya. Jakarta: Penerbit Buddhis Bodhi
Mantab gan.. Sangat bermanfaat, terutama bagi mahasiswa Buddhist. Mampir ke yogapangestubuddhist.blogspot.com
ReplyDeleteOk gan, makasih. Bakalan mampir ane.
ReplyDelete